Monday, July 30, 2007

Pudarnya Pesona Cleopatra

Assalamualaikum.

Hari ni sye terbace sebuah ringkasan novel yg di anta oleh kawan. Keseluruhan cerita ni sangat sedih dan sangat menjadi peringatan kepade kita terutame bg kaum adam yang bakal bergelar suami insya Allah. Harap bagi shbt2 yang kelapangan dpt mmbace cerita ni semoge same same dpt mnjadikan pedoman dalam hidup kite sebagai seorang suami yang soleh insya Allah.

Toek para suami, Yakinlah... istrimu selalu berusaha membahagiakanmu...

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal." Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu"kata ibu.

"Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu" , ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.

Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.

Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali.Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.

Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan emapt group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai.Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang.

Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.


Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab " tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga" Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil 'mbak', " kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku" tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. "wallahu a'lam" jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, "Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?

Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini". Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.

Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi, Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. "Mas tidak apa-apa" tanyanya dengan perasaan kuatir. "Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih" lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. "Mas airnya sudah siap" kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. "Mas aku buatkan wedang jahe" Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.

Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. " Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?" Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. "Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas". " Biasanya dikerokin" jawabku lirih. " Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin" sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya." Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu" kata Ratu Cleopatra. " Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu". Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba " Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya" kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. " Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya" lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.

Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra." Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang" Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.

Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. " Maaf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana," lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. " Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. " Ya Mas!"sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil "dinda". " Matanya sedikit berbinar. "Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah," ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.

Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. " Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?".Hana begitu bahagia.

Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.

Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. "

Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.

Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.

Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. " Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu" kata ibuku. " Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?" sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.

Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.

Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya" Mana tanggung jawabmu!" Aku hanya diam dan mendesah sedih. " Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta" gumamku.

Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, " Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita".

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya.
Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.

Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.

Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. "Apakah kamu sudah menikah?" kata Pak Qalyubi. "Alhamdulillah, sudah" jawabku. " Dengan orang mana?. " Orang Jawa". " Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?". "Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran". " Kau sangat beruntung, tidak sepertiku". " Kenapa dengan Bapak?" " Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang". " Bagaimana itu bisa terjadi?".

"Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dank arena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia.

Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikaha dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.

Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan YAsmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetpai saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi YAsmin.
Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir.

Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. KAmi langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan YAsmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta YAsmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali YAsmin tidak bisa.

Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi.
Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. YAsmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.

Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya.
Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta YAsmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.

Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedy yang menyakitkan. " Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir".

Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.

Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku.Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong.Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang".

Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bualn aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.

Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke took baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas Merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi�?�ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya.Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.

"Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba" tulis Raihana.

Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa" Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.

Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya.Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau".

Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi Cintaku dengan Raihana.

Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. " Mana Raihana Bu?". Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi."

Raihanaï...istrimu. .istrimu dan anakmu yang dikandungnya" . " Ada apa dengan dia". " Dia telah tiada". " Ibu berkata apa!". " Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu.

Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya" .Hatiku bergetar hebat. " kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?".

"Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi Maafkanlah kami".

Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.

Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua ........

Thursday, July 26, 2007

Tentang Diri


Nama diberi ‘Ammar bin Abdullah. Lahir pada 25 Ogos 1986.


Dilahirkan di Kelantan tetapi daripada kecil sudah dibesarkan di Negeri Sembilan Darul Khusus. Tetapi tidak memiliki keupayaan untuk berbahasa loghat Kelantan mahupun Negeri Sembilan.


Merupakan anak kepada Abdullah bin Hj Abu Hassan dan juga Norizan binti Hj Harun. Ayah berasal daripada Negeri Sembilan dan Ummi berasal daripada Kelantan. Kedua-dua berkahwin di United Kingdom semasa sedang belajar di sana dan selamat melahirkan anak pertama di sana, iaitu kakak.


Anak kedua daripada tujuh beradik. Kakak sulung bernama Lubaina, sedang membuat twinning program (Indonesia dan Malaysia) dalam Medic dan kini sedang menjalani praktikal di Hospital Kangar, Perlis. Anak ketiga bernama Umair, kini juga sedang belajar di Korea dalam bidang Electronic Engineering. Keempat bernama Anas, kini sedang menuntut di University Malaya juga dalam bidang Medic. Kelima dan keenam, Muaz dan Zaid sedang belajar di sekolah menengah dan yang terakhir iaitu Sumayyah di sekolah rendah. Insya Allah kesemuanya berhasrat untuk menjadi anak-anak soleh dan solehah yang berjaya di dunia dan akhirat.


Saya bersekolah rendah di Sekolah Kebangsaan Datuk Abdullah dan kemudian sekolah menengah di Sekolah Menengah Sains Tuanku Jaafar, Kuala Pilah. Kemudian menyambung pelajaran di Kolej Matrikulasi Pahang selama beberapa bulan sebelum berpindah ke INTEC. Setelah 3 bulan berada di INTEC, maka alhamdulillah menyambung pelajaran di Language Institute, Seoul National University di Seoul, Korea dalam Korean Language selama lebih kurang 1 tahun setengah. Kemudian memasuki Dongyang Technical College untuk Diploma in Electronic Engineering selama 2 tahun dan Korea University untuk Bachelor in Electrical, Electronic and Telecommunication Engineering selama 2 tahun. Selepas ini insya Allah saya berminat untuk menyambung Master dan PhD dalam bidang Digital / Analog Circuit atau Programming.


Mempunyai hobi bermain catur dan juga membuat projek-projek elektronik terutama berkaitan dengan programming dan circuit design. Berharap agar mempunyai research lab tersendiri pada masa hadapan dalam bidang ini. Insya Allah.


Telah juga diberi peluang oleh Allah SWT untuk menimba ilmu dalam bidang kepimpinan. Semasa di sekolah rendah telah menjawat jawatan Ketua Pengawas dan ketika di sekolah menengah telah memegang jawatan Ketua Murid Agung (nama lain untuk Ketua Pengawas di STJ). Di sini juga sekali lagi telah diberikan peluang kepada diri ini untuk mempelajari selok belok dunia kepimpinan dan telah diamanahkan jawatan Presiden Persatuan Pelajar Malaysia Korea (PPMK).


Dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki dan masih dicari, saya mengimpikan untuk melompat lebih jauh lagi pada masa-masa hadapan dan seterusnya memberikan keuntungan kepada dunia Islam dalam usaha untuk mengembalikan tamadun kegemilangan Islam pada suatu ketika dahulu. Jadi saya ingin menyeru dan mengajak sahabat-sahabat yang ada membaca blog ini, mari sama-sama perkuatkan diri, cari seberapa banyak ilmu dan pengalaman untuk kita sama-sama berjuang menegakkan Islam pada masa hadapan.


ALLAHUAKBAR !!


Quoted from one of my lecturer “Engineer can change the world”



Monday, July 23, 2007

Cinta Hakiki (RAihan)

Hi Assalamualaikum sumer ~

Hari ni cuace nampak macam sangat elok. ADe semangat baru untuk pergi kerja =) Walaupun beberape hari ni byk berlaku benda benda yang cukup untuk membuat kan diri ini down selame beberape hari tapi alhamdulillah akhirnya Allah telah membukakan satu jalan untuk hamba Nya yang lemah ini. (",)

Cinta Hakiki (Raihan)

Telah lama cinta terbiar
Dari cinta yang suci
Telah lama cinta tersasar
Dari cinta hakiki

Kerna sekian lamanya
Manusia dibuai cinta nafsu
Kita sering menyangka
Cinta manusia itu yang sejati

Telah lama cinta terbiar
Dari cinta yang suci
Telah lama cinta tersasar
Dari cinta hakiki

Namun lupakah kita
Cinta nafsu selalu mengecewakan
Sering berubah tidak menentu
Seperti pantai dipukul ombak

Telah lama cinta terbiar
Dari cinta yang suci
Telah lama cinta tersasar
Dari cinta hakiki

Cinta kan Allah cinta sebenarnya
Itulah cinta yang sejati
Khasihlah sesama manusia
Kerna cinta yang hakiki
Hanya untuk Tuhan yang Esa

Telah lama cinta terbiar
Dari cinta yang suci
Telah lama cinta tersasar
Dari cinta hakiki

Telah lama cinta terbiar
Dari cinta yang suci
Cintakan Allah tiada kecewa
Engkau kan tenang diwaktu susah

Telah hilang kepada Tuhan
diakan tetap menanti
Kehadiran takbanyak yang sebenar pasrah
Cinta kasih sayangnya tidak bertepi

Seorang kawan pernah berkate kat saye " Umpame masuk ladang bunga, kalau kite dah jumpe satu bunga yang lawa kite akan petik. Fitrah semulajadinye, kite tak akan terus kluar, tapi akan terus melangkah. SEandainya nampak bunga yang lagi cantik, kite boleh la just letak bunga yang sebelumnye ataupun tetap memegangnye ".

HEhe walaupun percakapan ni sangat selfish tapi ini lah yang kebanyakkan terjadi dalam kehidupan seharian manusia. Ia bukanlah sesuatu yang direct berlaku, tetapi as memberi peluang kepade tiap insan untuk menilai mane yang baik n buruk untuk dirinya =) TApi yang pastinya manusia perlulah menjadikan cinta dengan Penciptanya lebih daripada cintanya terhadap dunia...Insya Allah

Ya Allah, jgnlah Engkau menjadi kan cinta dunia lebih dari cinta ku terhadap Mu....Amin

Thursday, July 19, 2007

REzki...

Assalamualaikum

Alhamdulillah akhirnye tinggal seminggu lagi untuk saye habis kan kerja arba ni. Gaji kalau dikire2 dah hampir capai 800 ribu won (lebih kurang dalam RM 2000). Alhamdulillah rezki Allah bagi =) Teringat saye balik pada kate2 Mun "setiap orang ade rezki sendiri, ade orang dpt melalui belajar, ade orang dapat melalui bekerja". Macamane pun rezki tu datang, yang penting sebagai hambe Allah kenalah kite bersyukur kan. Huhu

Hurm... Selame saye bekerja di syarikat tu banyak pengalaman baru yang saye dapat dan kadang kadang terase alangkah indah nya kalau semua orang dapat rase bersame =) . Bukan ape sebab kat sane sye mun, kiteorang bekerja dengan beberape lagi orang asian yang kebanyakkannya datang dari myanmar, thailand, china. Ada juga beberape orang Korea yang kerja skali bawah satu bahagian. Bos kami ialah seorang Korea yang boleh kami klasifikasi kan sebagai orang yang memerintah mengikut perasaan. Hehe. Kekadang bile mood die elok kami terase lege tapi kekadang bile mood die lari memang satu hari jadi pening, "mori apo" bak kate die. huhu

Ape yang nak saye cerita kan kat sini ialah macamane kite memandang kedudukan orang asing dalam komuniti kite. Sebab kebanyakkan antare mereka datang untuk mencari sumber rezki yang halal. Walaupun kekadang ade antare mereka yang tak dapat visa untuk datang tp tetap berusaha untuk mencari rezki secare halal. Kebanyakkannye datang sebab di tempat asal mereka sangat susah dan sumber kewangan sangat tak stabil. Sye pernah bertanye seorang myanmar mengape mereka lebih prefer untuk bekerja di tempat asing instead of kg halaman sendiri. Pastu die kate kalau die kerja kat sane gaji yang dapat sangatlah sedikit. Sedangkan orang yang bekerja tinggi pun di tempat mereka hanya akan dapat gaji sbyk mereka dapat semase bekerja di sini. So mereka lebih prefer untuk kerja kat luar dan hantar duit duit gaji tu pade kluarga kat kampung halaman.

Jadi kat sini, pd pdgn sye walau sebesar mane pun kite kat tempat asal, tak patutlah kite herdik mereka ataupun menyimpan perasaan salah sangke terhdp mereka. Sebab diantare mereka yang bekerja sudah berumur dan boleh di consider as ibu ayah kite. Kadang2 sye rase marah juga terhdp bos kiteorang sebab suke herdik. Antare ayat yg die ckp.. "gerokkae hamyeon nuga jaba mognen goya" kalau awk buat camtu sape yang nak bg makan. Lebih kurang camtu la translation die. Memang stail kat Korea ni suke mengherdik pekerja bawahan lebih lebih lagi bile orang tu terbuat sikit salah. Mmg kalau boleh sume bende nak perfect. Dan yang paling teruk skali bile kluar perkataan carut dari mulut mulut mereka ni. Sungguh susah nak dikawal huhu. Hanye boleh bersabar jer =).

Saye teringat pade kate seorang abang dari myanmar "WAlau berat camane pun kerja tu kalau takde marah marah, tak menjadi msalah. Tapi kalau sebaliknye akan membuat feel sume orang jadi down untuk buat kerja".

So kat sini kesimpulannye, walau di mane pun kite berada marilah same same hormat menghormati dengan semua orang =) Bumi Allah sangat luas. Dimane mane pun Allah buka untuk hambanya mencari rezki. Semua bergantung kepada usaha sendiri Insya Allah =)

Monday, July 16, 2007

Hari Isnin ~

July, 16th ~

Hari ni entah kenape rase sangat down. Dari pagi hingga ke malam ade je bende berlaku. huhu... takpe takpe semua yang berlaku ni mesti la ade hikmah nya. Mungkin juge terjadi daripade kesalahan kesalahan lampau. Hurm.... Ya Allah ampunilah hamba Mu ini...amin

Since daripade bangun tidur, patutnye dah target bangun dlm pukul 7 untuk bersiap pergi kerja. Tapi tetibe tersedar dalam pukul 7.45. Tinggal 15 minit jer lagi untuk bersiap and kluar. HA.... tak sempat nak buat ape ape, mandi makan cornflake sket terus kluar. Huhu... TApi Alhamdulillah juga sebab tersedar dalam pukul 7.45 tu. Kalau terlajak lagi sampai pukul 8, tak tau la ape jadi ^^;; .

Hari ni rehat hanye sup sayur jer yang boleh makan. So tu jer la yang kiteorang makan. SEbab die ade sediakan daging lembu tapi sedia maklum la kan takleh makan. TAkpe takpe biar lapar asalkan makan bende halal. Huhu.

SElepas tu kami berehat rehat sebelum start kerja. Tetibe sye teringat hari ni kluar list scholarship, so terus call seorang kawan ni. Dengan pointer 4.37 /4.5 sye mempunyai keyakinan untuk dapat scholarship tapi takdir Allah lebih besar dari segalanye.. Huhu kecundang juge saye. Takpe takpe dah bukan rezki. Mungkin selame ni sye sangat bersalah sebab terlampau yakin untuk dapat n mase Allah nak tunjuk kuasa Nya takde sorang pun boleh halang ^^ . TAkpe takpe sedikit sebanyak menyedarkan saye yang telah lalai ni.... Alhamdulillah =)

Kemudian kami pun start bekerja semula selepas rehat. KErja kali ni boleh dikatekan sangat susah sebab kena susun kotak seberat bape kg setinggi 8 tingkat. Mase tingkat yang ke 7 ke 8 tu dah tak larat so main baling jer kotak tu. Nasib baik tak jatuh huhu. Kalau jatuh...marah lagi la bos tu ^^;; .

N then mase balik tu sangat menyakitkan hati juge la. Hehe tak tau la ape mslh. Kiteorang dah habis kerja dalam pukul 7.15 tinggal lagi 45 minit sebelum balik. So Banjangnim kiteorang suruh selesaikan lagi satu jenis buku. Kami pun bersemangat la buat sebab memandangkan mase tak lame lagi nak balik. Tapi tup tup lepas dah banyak kotak di seletip tetibe jer sorang makcik datang n kate kat kiteorang yang cover untuk buku tu salah. So nak tak nak kene bukak balik sume kotak yg da siap disusun tadi. Waa~ banyak nyer... Sedar sedar dah lebih mase balik pun. Isk isk tapi apekan daye. Hehe.....

Hurm..pastu time nak balik hujan lebat turun. KEna la kami naik moto balik dalam hujan (sye dengan mun) basah kuyup sampai rumah. Haha

Ni la kenangan hari Isnin saye yg sangat down. TApi yang penting nye kat sini sbgai peringatan untuk diri saye sendiri, sebagai hamba Allah kite kene selalu sedar bahawe kite hanyelah insan lemah dan sentiase mengharapkan bantuan dari Allah SWT. Ya Allah lindungi la hamba Mu ini dari kelalaian dunia. Semoga tidak tergolong dalam golongan orang orang yang rugi. Amin ~

Friday, July 13, 2007

Syukur...

LAgu ni banyak menekankan kepada kite supaya tidak lupe untuk mensyukuri nikmat Allah
yang meluas untuk hambaNya. Kite sebagai hamba yg lemah n tak perfect selalu lalai dan terlupa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT sedangkan Allah tak pernah lalai untuk mencurahkan rezki Nya pada kite. Jadi marilah same same kite luangkan sedikit mase untuk muhasabah diri semoga insya Allah kite dapat mendekatkan diri kepada Allah insya Allah.


Erti Syukur
Album : Satu TekadMunsyid : Unichttp://liriknasyid.com

Lafazkan kalimah syukur
Lafazkan kalimah itu
Alhamdulillah...

Segalanya yang ku kecapi
Adalah milikMu Ilahi
-Tuhan Maha Pemurah-
Tak kan terbalas
walaupun sebesar zarah

Kenikmatan yang bertandang
Terkadang tidak dihiraukan - Lepas dari pandangan -
Dan bila hilang barulah dikesalkan

Adakalanya aku hanyut
Adakalanya aku lupa
Adakala aku leka
Ampunilah...Kerana ku manusia
Lemah dan tidak berdaya di sisiMu
Seringkali terlupa nikmatMu
Datang tiada jemu

Bila terhimpit mulalah
Mencari dan menyebut namaMu
Barulah merasai makna sebenar erti syukur
Syukur atas rahmatMu

Adakala ku hanyut
Adakala ku lupa
Adakala ku leka dan adakala ku alpa
Kerana ku manusia
Lemah dan tak berdaya
Seringkali terlupa nikmat yang Kau kurnia
Ku bersyukur ya Tuhan
Segala pemberian
Walau luas lautan
Bukanlah perbandingan
Ku tingkat keimanan
Ku gilap ketaqwaan
Sebagai perlambangan
Terima kasih ku Tuhan

Onak duri kehidupan
Jatuh bangun sendirian
Ada hikmah yang tersimpan
Yang menguji iman
Bersyukurlah selalu
Sentiasalah redha dan menerima
Tiap ujian tiba bukan diminta
Sebaliknya Allah Maha Mengetahui

Kan ku bertasbih selalu
Bertahmid berzikir padaMu
Sebagai tanda ku nilai
RahmatMu Tuhan

Aku bersyukur Ya Allah
Segala pemberianMu pada ku
Seluas lautan pun bukanlah jadi ukurannya
Memang tiada bandingan

Segalanya yang ku kecapi
Adalah milikMu Ilahi -Tuhan Maha Permurah-
Bukan miliku pinjaman sementara
Syukur Alhamdulillah

Sesungguhnya solatku,Amalku, hidupku, matiku
Kerna Allah yang satu
Kuserahkan segala harta jiwa dan raga
Sebagai tanda cintaKepadaMu Yang Esa

Thursday, July 12, 2007

Assalamualaikum

Assalamualaikum =) .....

Hurm... Alhamdulillah akhirnye diringan kan juga tangan ni untuk menulis blog kembali. Dulu dah pernah ade tapi lama dah terbengkalai. So tak tau la yang terbaru ni macamane tapi Insya Allah jika diluangkan, sahabat sahabat sekalian bolehlah berkongsi ilmu pengetahuan atau pengalaman bersame.

Semoga sentiasa dalam keredhaan Nya =)